Bagaimana cara menjaga hafalan Al-Qur’an
Segala puji bagi Allah semata, shalawat dan salam semoga tercurah kepada RasulNya beserta keluarga dan shabatnya, wa ba’du.
Di antara cara menghafal Al-Qur’an adalah selalu mengulang-ulang dan menjaganya, juga bersungguh-sungguh, ikhlas, berkeinginan keras untuk menghafalnya, memahaminya dan men-tadabburi-nya serta ber-tadharru’ (memelas) dan memohon taufiq (kemudahan) untuk hal itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati-hatilah dari perbuatan maksiat serta bertaubatlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari dosa-dosa maksiat yang pernah dilakukan.
Apa hukum orang yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala kemudian ia lupa, apakah dia akan dikenakan siksa atau tidak ?
Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia adalah perkataan yang paling utama dan sarat dengan hukum-hukum, membacanya merupakan ibadah yang meluluhkan hati, membuat jiwa menjadi khusyu dan memberi manfaat lain yang tidak terhitung. Oleh karena itu, nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar selalu menjaganya supaya tidak lupa. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.
“Jagalah (hafalan) Al-Qur’an, demi Dzat yang jiwa saya ada tanganNya, sesungguhnya Al-Qur’an itu sangat cepat terlepas melebihi (lepasnya) unta dari ikatannya” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dari hadits Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu no. 5033, kitab Fadha’il Al-Qur’an bab 23, dan Imam Muslim juga dari Abu Musa no. 1/23-(791), kitab Shalat Al-Musafirin bab 33]
Menghafal Qur’an itu tidak perlu cerdas, yang penting rajin dan istiqomah“. Justru dengan menghafal Al Qur’an orang bisa jadi cerdas.
Tapi untuk yang memiliki hafalan Qur’an yang cukup banyak, perlu‘manajemen
pengulangan’ tersendiri untuk menjaga hafalannya. Saya namakan manajemen ini dengan
pengulangan’ tersendiri untuk menjaga hafalannya. Saya namakan manajemen ini dengan
“Teori beternak unta"
Orang yang menghafal Qur’an itu seperti orang yang beternak unta, orang yang sedang berburu unta seperti orang yang sedang menghapal Al Qur’an, orang yang sudah menangkap onta seperti orang yang sudah hafal, sedangkan orang yang sedang memelihara onta itu seperti orang yang menjaga hafalannya.
Masalahnya, tidak semua onta itu jinak
Tapi kita asumsikan saja:
Unta itu ada 3 jenis: liar, setengah liar, dan ada yang jinak . Begitupun hafalan, ada yang lemah ,agak kuat , dan sangat kuat.
Sekarang kita analogikan lagi, hafalan yang lemah itu seperti unta liar , yang maunya kabur terus (kabur dari ingatan).
Unta itu ada 3 jenis: liar, setengah liar, dan ada yang jinak . Begitupun hafalan, ada yang lemah ,agak kuat , dan sangat kuat.
Sekarang kita analogikan lagi, hafalan yang lemah itu seperti unta liar , yang maunya kabur terus (kabur dari ingatan).
Hafalan yang agak kuat itu seperti unta setengah liar ,kadang mau kabur, kadang tidak.
Hafalan yang kuat itu ibarat unta jinak , yg justru lebih suka pada pemeliharanya.
Hafalan lemah itu biasanya berupa hafalan-hafalan yang baru saja dihafal, seminggu yang lalu, misalnya.
Hafalan yang baru dihafal ini rentan lupa. Semakin baru hafalan, semakin mudah lupa, biasanya.
Hafalan lemah itu biasanya berupa hafalan-hafalan yang baru saja dihafal, seminggu yang lalu, misalnya.
Hafalan yang baru dihafal ini rentan lupa. Semakin baru hafalan, semakin mudah lupa, biasanya.
Nah…strateginya, sebagaimana dalam beternak unta, seharusnya kita lebih fokus pada mengurus ‘unta-unta liar’. Karena unta liar lebih mungkin untuk kabur dibanding yang jinak. Begitupun dalam menjaga hafalan.
Rumusnya adalah…
Rumusnya adalah…
” Utamakan hafalan-hafalan yang masih lemah“.
Aplikasinya…,“Hafalan yang lemah harus lebih banyak diulang daripada halafan yang kuat“. Soalnya, banyak penghafal Qur’an yang sukanya murajaah hafalan-hafalan yang sudah kuat saja, sedangkan hafalannya yang lemah jarang diulang-ulang.
Akhirnya…yang hafalannya kuat tambah kuat, yang lemah jadi lemah.
Walaupun demikian, bukan berarti hafalan yang sudah kuat tidak diurus, harus diulang-ulang juga. seperti onta yang sudah jinak, dia juga tetap perlu diberi perhatian, walaupun tidak seintensif unta yang bermasalah (liar).
Idealnya, untuk unta liar harus diurus minimal setiap 3 hari sekali. Setiap 3 hari, hafalan lemah harus diulang minimal sekali. Kalo misalnya hafalannya 3 surat dan masih lemah semua, maka murajaahnya sehari 1 surat.
Untuk unta setengah liar, harus diurus minimal setiap seminggu sekali, setiap seminggu hafalan yang agak kuat harus diulang minimal sekali. Misalnya, kalo hafalannya yang agak kuat ada 7 surat, maka murajaahnya sehari 1 surat.
Sedangkan untuk unta jinak boleh ditinggal agak lama. Tapi jangan kelamaan, minimal dalam sebulan keulang minimal sekali.
Sebagai contoh, misalnya ada orang punya hafalan Al Qur’an 40 surat. 30surat diantaranya hafalan kuat, 7hafalan agak kuat, dan 3 lemah.
Idealnya, untuk unta liar harus diurus minimal setiap 3 hari sekali. Setiap 3 hari, hafalan lemah harus diulang minimal sekali. Kalo misalnya hafalannya 3 surat dan masih lemah semua, maka murajaahnya sehari 1 surat.
Untuk unta setengah liar, harus diurus minimal setiap seminggu sekali, setiap seminggu hafalan yang agak kuat harus diulang minimal sekali. Misalnya, kalo hafalannya yang agak kuat ada 7 surat, maka murajaahnya sehari 1 surat.
Sedangkan untuk unta jinak boleh ditinggal agak lama. Tapi jangan kelamaan, minimal dalam sebulan keulang minimal sekali.
Sebagai contoh, misalnya ada orang punya hafalan Al Qur’an 40 surat. 30surat diantaranya hafalan kuat, 7hafalan agak kuat, dan 3 lemah.
Maka murajaahnya hariannya: 1surat hafalan kuat, 1 surat hafalan agak kuat, dan 1 surat hafalan lemah. Dengan cara ini, hafalan kuat akan terulang sekali sebulan, hafalan agak kuat seminggu sekali, dan hafalan lemah 3 hari sekali.
Nah... kemudian,
biarkan onta-onta itu tumbuh sehat,
supaya bisa beranak-pinak, bisa diambil susunya, bisa dipakai sebagai kendaraan, dan diambil dagingnya buat makanan (kalo lapar… ).
biarkan onta-onta itu tumbuh sehat,
supaya bisa beranak-pinak, bisa diambil susunya, bisa dipakai sebagai kendaraan, dan diambil dagingnya buat makanan (kalo lapar… ).
Maksudnya, rawatlah hafalan kita, insya Allah hafalan kita akan bertambah banyak dan memberikan manfaatnya buat kita juga,
insyaAllah...
Semoga teori ini
bisa diterjemahkan secara lebih teknis oleh kawan2 sendiri, sesuai dengan jumlah hafalannya masing-masing.
bisa diterjemahkan secara lebih teknis oleh kawan2 sendiri, sesuai dengan jumlah hafalannya masing-masing.
Tidak selayaknya seorang hafizh lalai dari membacanya dan tidak maksimal dalam menjaganya. Seyogyanya dia mempunyai wirid (muraja’ah) harian agar dapat menghindari dari lupa sambil mengharap pahala dan mengambil pelajaran hukum-hukumnya, baik yang berupa aqidah maupun amalan. Namun orang yang hafal sedikit dari Al-Qur’an lalu lupa, karena banyak kesibukan atau karena lalai, maka dia tidak berdosa.
Adapun hadits yang mengandung ancaman bagi orang yang menghafal kemudian lupa, tidak benar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Orang yang banyak membaca Al-Qur’an, namun dia tidak menghafalnya karena daya ingatnya lemah, maka dia itu mendapatkan pahala atas bacaannya itu dan dimaafkan ketidak-hafalannya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Maka bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian” [At-Thagabun : 16]
Adapun orang yang menghafal Al-Qur’an, misalnya untuk ujian, kemudian dia lupa, maka dia telah berbuat kesalahan dan telah lepas darinya kebaikan yang banyak.
Orang yang membaca Al-Qur’an dan men-tadabburi-nya serta mengamalkannya pasti dia diberi pahala, meskipun tidak menghafalnya, sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Beliau berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala” [Potongan Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(898), kitab Al-Musafirin wa Qashruha, bab. 38]
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Saya hafal dua juz dari Al-Qur’an. Setiap saya menghafal surat berikutnya saya lupa sebagian ayat yang telah saya hafal sebelumnya. Tolong berikan saya petunjuk pada obat penyakit lupa ini. Semoga Allah membalas kebaikan Anda ?
Pertama : Perbaiki niat anda dalam membaca Al-Qur’an Al-Karim
Kedua : Perbanyaklah membaca Al-Qur’an Al-Karim, karena sesunggguhnya Al-Qur’an Al-Karim ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membutuhkan penjagaan (muraja’ah) dan banyak membaca, karena Al-Qur’an itu lebih cepat terlepas melebihi unta dari ikatannya. [Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 5033 kitab Fadha’il Al-Qur’an, bab : 23 dan Muslim no. 1/23 (791) Kitab Shalat Al-Musafirin bab 33]
Berarti Al-Qur’an membutuhkan dari anda banyak-banyak muraja’ah dan membaca. Bila engkau telah hafal satu surat, maka seringlah membaca dan mengulang-ngulangnya sampai mantap dan kuat, jangan pindah ke surat lain, kecuali bila engkau sudah menghafalnya dengan itqan (mantap).
Ringkasnya adalah :
[1] Engkau wajib meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu. Dia berfirman.
“Dan bertaqwalah kepada Allah ; Allah mengajarimu” [Al-Baqarah : 282]
[2] Engkau wajib memperbanyak membaca (Al-Qur’an).
[3] Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu. Semoga bermanfaat.
Wallahu A'lam bis-showab.
Cara menjaga hafalan Al-qur'an
4/
5
Oleh
Unknown