Selasa, 14 April 2015

Bahaya Riya, Pamer, atau Ingin Dipuji Orang

Pengertian Riya' dan Bahayanya bagi Amal Kebaikan.


SEIRING popularitas Media Sosial, Selfie, Narsis, maka godaan untuk berbuat riya' juga makin kuat di kalangan umat Islam. Bahkan, riya' juga bisa menimpa jamaah haji dan umroh, sebuah ibadah yang membutuhkan modal besar bagi kaum Muslim Indonesia.

Kajian kita berikut ini "sekadar" mengingatkan (tadzkirah) bagi kita agar lebih waspada terhadap riya', baik dalam kehidupan sehari-hari (real life) maupun di dunia maya (medsos).

Pengertian Riya

Riya’ (الرِّيَاءُ) adalah termasuk perbuatan dosa yang menghapus pahala amal kebaikan atau amal ibadah.


Selain riya' ada juga amal serupa yang disebut sum’ah (السُّمْعَةُ).

Riya’ adalah seseorang melakukan suatu ibadah dan ketaatan, karena ingin dilihat orang lain.

Sum’ah adalah seseorang melakukan suatu ibadah atau ketaatan, karena ingin didengari oleh orang lain.

Riya’ dan Sum’ah dilakukan oleh seseorang agar ia mendapatkan pujian, dan kedudukan di mata manusia. 

Riya' dalam Al-Quran

Riya' adalah perbuatan yang menyebabkan sebuah amal kebaikan/ibadah menjadi sia-sia, tanpa pahala di sisi Allah SWT.

"Katakanlah, “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al-Kahfi : 103-104)

Al-Quran juga menyebutkan ada kelompok manuisa yang shalatnya karena riya' (yuro'un) dan mereka termasuk yang mendustakan agama.

Dalam QS. Al-Ma'un disebutkan, mereka yang tergolong mendustakan agama yakni mereka yang menghardik anak yatim, tidak menolong fakir miskin, riya' (ingin dipuji sesama manusia) dalam shalatnya, serta enggan menolong dengan barang-barang yang berguna.

Riya dalam Hadits Nabi Saw

Nabi Muhammad Saw menyebut riya' sebagai "syiri kecil" karena menyekutukan Allah SWT dalam amal ibadah.

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor.” Para sahabat bertanya, “Apa itu syirik ashgor, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “(Syirik ashgor adalah) riya’. Allah Ta’ala berkata pada mereka yang berbuat riya’ pada hari kiamat ketika manusia mendapat balasan atas amalan mereka: ‘Pergilah kalian pada orang yang kalian tujukan perbuatan riya’ di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari mereka?’ (HR. Ahmad).


Orang yang melakukan amal dengan riya' juga termasuk golongan yang merugi di akhirat kelak karena tidak akan menemukan pahala kebaikan yang diperbuatnya.

Dalam sebuah hadits panjang disebutkan, ada yang dianggap syahid, belajar dan mengajarkan al-Quran, serta bersedekah, namun ternyata pahalanya kosong.

"Sesungguhnya orang yang pertama akan dibereskan urusannya di Hari Kiamat adalah :

(1) Orang yang mati (dianggap) syahid. Kemudian ia dihadapkan sambil diperkenalkan (diingatkan) tentang nikmat-nikmat-Nya (yang dulu diberikan kepadanya ketika di dunia), maka iapun mengenalnya. Dia (Allah) berfirman, “Apa yang kau lakukan dengan nikmat itu? Orang itu menjawab, “Aku telah berperang karena-Mu sehingga aku mati syahid”. Dia berfirman, “Engkau dusta! Akan tetapi engkau (sebenarnya) berperang agar dikatakan ’Pemberani’, dan engkau telah digelari demikian”. Kemudian ia diperintahkan untuk diseret, maka iapun diseret di atas wajahnya sehingga ia ditelungkupkan ke dalam neraka.” 

(2) Orang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan membaca ( mempelajari) Al-Qur’an. Lalu ia pun didatangkan sambil diperkenalkan (diingatkan) tentang nikmat-nikmat-Nya (yang dulu diberikan kepadanya ketika di dunia.), maka ia pun mengenalnya. Dia (Allah) berfirman, “Apa yang kau lakukan dengan nikmat itu? Orang itu menjawab, “Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta membaca Al-Qur’an karena Engkau”. Dia berfirman, “Engkau dusta! Akan tetapi engkau menuntut ilmu, dan mengajarkannya agar digelari ‘Ulama’. Engkau membaca Al-Qur’an pun agar disebut ‘ Qori’’, dan engkau telah digelari demikian”. Kemudian ia diperintahkan untuk diseret, maka ia pun diseret di atas wajahnya sehingga ia ditelungkupkan ke dalam neraka. 

(3) Orang yang Allah luaskan jalan rezeki baginya dan diberikan seluruh jenis harta. Lalu ia pun di datangkan sambil diperkenalkan (diingatkan) tentang nikmat-nikmat-Nya (yang dulu diberikan kepadanya ketika di dunia.), maka ia pun mengenalnya. Dia (Allah) berfirman, “Apa yang kau lakukan dengan nikmat itu? Orang itu menjawab, “Aku tidaklah meninggalkan suatu jalanpun yang Engkau suka untuk disumbang, kecuali aku berinfaq (menyumbang) di dalamnya karena Engkau.”

Dia berfirman, “Engkau dusta! Akan tetapi engkau lakukan semua itu agar disebut ‘Dermawan’, dan engkau telah digelari demikian”. Kemudian ia diperintahkan untuk diseret, maka ia pun diseret di ats wajahnya sehingga ia ditelungkupkan ke dalam neraka”.(HR. Muslim, An-Nasa’i, Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqiy).

Pujian yang Tidak Termasuk Riya'

Bagaimana jika ada pujian tanpa diharapkan? Imam An-Nawawi dalam kitab Riyadus Shalihinmengutip hadist yang diriwayatkan dari Abu Dzar r.a: Rasulullah Saw ditanya: “Apa pendapat Anda tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian dia mendapat pujian dari manusia?: Beliau menjawab, “Itu adalah kebaikan yang disegerakan bagi seorang mukmin “ (H.R. Muslim).

Demikianlah Bahaya Riya, Pamer, atau Ingin Dipuji Orang. Semoga Allah SWT memberi kekuatan kepada kita untuk bisa menjauhinya. Amin....! (risalahislam.com)

Artikel Terkait

Bahaya Riya, Pamer, atau Ingin Dipuji Orang
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email